Muasal

Anglo, Kompor Tradisional yang Menyala dalam Sejarah Dapur Nusantara

×

Anglo, Kompor Tradisional yang Menyala dalam Sejarah Dapur Nusantara

Sebarkan artikel ini
Anglo, Kompor Tradisional yang Menyala dalam Sejarah Dapur Nusantara
Doc. Foto: medcom.id

KOROPAK.CO.ID – Sebelum listrik menyala di perkampungan dan gas elpiji hadir di setiap dapur, masyarakat Nusantara telah lebih dulu akrab dengan sebuah tungku sederhana bernama anglo.

Bentuknya mungil, terbuat dari tanah liat atau logam, namun keberadaannya telah menjadi saksi perjalanan panjang cara orang Indonesia mengolah makanan. Hingga kini, di sejumlah rumah pedesaan dan pasar tradisional, anglo masih bertahan, seakan menolak digeser oleh modernitas.

Jejak Sejarah Anglo

Sejak berabad-abad silam, anglo menjadi jantung dapur tradisional. Ia hadir dalam setiap keseharian: menghangatkan air untuk mandi, menanak nasi, hingga memasak hidangan yang menjadi bagian dari identitas kuliner Nusantara. Bahan bakar utamanya sederhana, berupa arang atau kayu bakar yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan.

Sistem aliran udara yang dirancang di bagian bawah membuat bara api bertahan lebih lama, menjadikan anglo bukan sekadar alat, tetapi juga teknologi yang lahir dari kearifan lokal.

Bentuk dan Fungsinya

Desain anglo nyaris tak berubah dari masa ke masa. Tubuhnya berbentuk silinder, dengan tiga tonjolan di bagian atas sebagai penopang panci atau kwali. Di tengahnya terdapat sarangan berlubang kecil untuk menjaga sirkulasi udara, sementara bagian bawah menjadi mulut anglo, jalur masuk utama oksigen yang membuat bara tetap hidup.

Bahan bakarnya, arang kayu keras seperti asem atau maoni, dipilih karena bara lebih awet dan panasnya stabil. Anglo hadir dalam berbagai ukuran kecil untuk membatik atau membakar dupa, dan besar untuk memasak hidangan keluarga.

Baca: Tradisi Belanja Peralatan Dapur Saat Tahun Baru Islam

Cara Memakai Anglo

Menggunakan anglo berarti kembali pada kesabaran. Arang dimasukkan ke ruang pembakaran, api ditiup perlahan hingga bara menyala, lalu panasnya mengalir ke panci atau wajan di atasnya.

Masakan yang dihasilkan memiliki aroma khas, berpadu dengan sentuhan asap arang yang sulit ditiru kompor gas maupun listrik. Tidak sedikit yang meyakini, rasa gurih pada masakan tradisional berasal dari proses sederhana ini.

Anglo di Era Modern

Meski dianggap kuno dan kurang praktis, anglo tetap punya tempat di hati sebagian masyarakat. Ia menghadirkan kehangatan, bukan hanya secara harfiah, tetapi juga dalam ingatan kolektif tentang dapur masa lalu.

Di balik kekurangannya, memasak lebih lama, dapur cepat kotor oleh jelaga, anglo menyimpan nilai sejarah sekaligus warisan budaya. Dalam riwayat dapur Nusantara, anglo adalah simbol daya tahan tradisi.

Dari rumah sederhana di desa hingga ruang kerja pembatik, bara anglo terus menyala, menjadi pengingat bahwa modernitas tidak sepenuhnya mampu menghapus jejak masa lalu.

error: Content is protected !!