KOROPAK.CO.ID – Di pesisir barat Pulau Sumatra, Bengkulu menyimpan sebuah warisan rasa yang sudah mengakar puluhan, bahkan ratusan tahun di tengah masyarakatnya.
Namanya Pendap, kuliner yang lahir dari kearifan lokal, dari laut yang memberi ikan, tanah yang menumbuhkan daun talas, dan tangan-tangan terampil yang meracik bumbu penuh cita rasa.
Pendap bukan sekadar hidangan, tetapi bagian dari identitas Bengkulu Selatan dan Kaur, yang aromanya juga merambah hingga Lampung Barat. Di masa lalu, masyarakat menyebutnya pandap atau batutuk, nama yang erat kaitannya dengan cara memasaknya.
Kata pendap sendiri merujuk pada tradisi pengendapan ikan sebelum diolah, sebuah teknik kuno untuk membuat daging ikan awet sekaligus meresapkan bumbu hingga ke serat terdalam.
Hanya ikan bertekstur padat yang dipilih: senangin, kerong, terusan, atau hasil laut sejenis yang kuat menahan panas dan rempah. Dagingnya dipadu dengan kelapa parut dan bumbu, lalu dibungkus daun talas yang memberi aroma khas.
Baca: Kisah Presiden Soekarno Tak Berpuasa di di Ramadan 1966
Proses memasaknya bukan perkara sebentar, delapan jam penuh pendap direbus perlahan, memberi waktu bagi rasa untuk benar-benar menyatu. Sejarah mencatat, pendap pernah singgah di meja makan seorang tokoh besar: Ir. Soekarno.
Pada 1938 hingga 1942, saat beliau diasingkan oleh Pemerintah Kolonial ke Bengkulu, pendap menjadi salah satu santapan yang memikat lidahnya. Dari pengasingan itu, lahir sebuah kisah bahwa Bapak Proklamator kita jatuh hati pada cita rasa pedas dan gurih dari Bumi Rafflesia.
Bagi masyarakat Bengkulu, pendap adalah lauk utama yang setia menemani nasi di meja makan, sekaligus buah tangan berharga bagi perantau atau wisatawan. Di balik rasanya, tersimpan manfaat: daun talas yang membungkusnya kaya antioksidan, sementara teknik memasaknya membuat pendap tahan lebih lama tanpa bahan pengawet.
Kini, pendap bukan sekadar makanan. Ia adalah cerita, tentang laut dan darat yang berpadu, tentang tradisi yang bertahan di tengah zaman, dan tentang kenangan seorang presiden yang pernah mencicipi rasanya di tahun-tahun pengasingan.











